Rabu, 29 Desember 2010

AGAMA DAN KONFLIK

Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut agama. Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur; agama terdiri atas tipe-tipe symbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka. Akan tetapi, karena agama juga mengandung komponen ritual, maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur social.
Para ahli teori fungsional telah menekankan sumbangan yang diberikan oleh Agama demi kesinambungan masyarakat, khususnya yang tidak disengaja oleh pelaku manusia yang terlibat. Fungsi laten yang positif hanya menunjukkan salah satu pengaruh agama terhadap masyarakat. Para Sarjana, lainnya, para ahli sejarah dan filosof sosial misalnya, menunjukkan bahwa agama sering mempunyai efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan individu. Isu-isu keagamaan menjadi salah satu masalah penyebab perang, keyakinan agama sering menimbulkan sikap tidak toleran, loyalitas agama hanya menyatukan beberapa orang tertentu dan memisahkan yang lainnya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Jonathan Swift, yang sebenarnya pengurus gereja Anglikan; "kita mempunyai cukup Agama hanya untuk membuat kita membenci, namun tidak cukup untuk membuat saling mencintai". Sekarang kita harus memberikan perhatian pada kekaburan fungsi dan fungsi negatif (Disfungsi) agama dalam hubungannya dengan masyarakat dan individu.
Agama dengan cara yang rumit dapat terjalin dengan unsur-unsur lain dalam masyarakat. Gagasan keagamaan dan nilai-nilainya sebagian dipengaruhi oleh asal-usul kelompok social, mereka mengungkapkan kebutuhan, cara berfikir, perspektif pada dunia lapisan social yang demikian. Tetapi bila mereka telah mapan sebagai unsure-unsur kebudayaan dan diajarkan sebagai system kepercayaan suatu agama, maka mereka mempunyai pengaruh yang bisa membentuk nilai dan motivasi manusia. Jadi agama sekaligus dipengaruhi dan mempengaruhi kondisi sosial. Bisa sebagai sebab maupun sebagai akibat.
Saling jalin yang rumit antara agama dengan masyarakat ini mempunyai implikasi penting bagi studi agama. Dengan berkembangnya organisasi agama tertentu, badan-badan keagamaan itu sering menjadi organisasi formal dan mengembangkan struktur-struktur birokrasi. Berbagai kendala konflik, dan dilema fungsional yang umum dijumpai pada organisasi formal lainnya juga bisa ditemukan dalam organisasi keagamaan formal. Sebab kelompok keagamaan sering merupakan juga kelompok etnis, maka pengkajian berbagai masalah penting mengenai hubungan antara kelompok ini dengan masyarakat umum dan diantara kelompok itu sendiri sama efektifnya dengan pengkajian masalah konflik etnis, asimilasi, dan mobilitas social. Sebuah buku seperti Protestan and Catholic, karya Kenneth Underwood, menunjukkan bahwa studi hubungan antara dan di antara kelompok-kelompok keagamaan dalam suatu masyarakat mencakup pengkajian banyak unsur-unsur yang secara umum ditemui dalam hubungan antar kelompok dan konflik kelompok, walaupun dalam kasus ini mereka mendapatkan pusat perhatiannya pada unsure agama.
Faktor- faktor Konflik Sosial Ditinjau dari Aspek Agama.
Setiap agama selalu membawa misi kedamaian dan keselarasan hidup, bukan saja antar manusia, tetapi juga antar sesama makhluk Tuhan. Di dalam terminologi Al-Qur’an, misi suci ini disebut rahmah lil alamin (rahmat dan kedamaian bagi alam semesta). Namun dalam tataran historisnya misi agama tidak selalu artikulatif. Selain sebagai alat pemersatu sosial, agamapun menjadi unsur konflik tulisan Afif Muhammad dijelaskan bahwa, "agama acapkali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda" Hal ini sama dengan pendapat Johan Efendi yang menyatakan "Bahwa agama pada suatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan, dan persaudaraan. Namun, pada waktu yang lain menampilkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang dan menyebar konflik. Bahkan tidak jarang dicatat dalam sejarah menimbulkan peperangan. Konflik sosial yang berbau agama bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Adanya Klaim Kebenaran (Truth Claim)
2. Adanya Pengkaburan Persepsi antar Wilayah Agama dan Suku
3. Adanya Doktrin Jihad dan Kurangnya Sikap Toleran dalam Kehidupan Beragama.
4. Minimnya Pemahaman terhadap Ideologi Pluralisme
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa Sebenarnya pentebab terjadinya agama dari Individu/pemeluk agama iu sendiri karena terkadang kelompok etnis juga termasuk kelompok agama sehingga sering terjadi konflik yang disebabkan dari individu/kelompok itu sendiri yang mengatas namakan Agama.
Manusia adalah makhluk beragama. Begitu kata para ilmuwan. Tetapi mereka mempunyai batasan- batasan tersendiri mengenai definisi term tersebut. Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis system sosial yang dibuat oleh penganut- penganutnya yang berproses pada kekuatan- kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar